Nasehat Syeikh Ibnu Qayyim al-Jauziyah
Firman Allah :
“Sesungguhnya setan itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah ia musuh(mu), karena sesungguhnya setan-setan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala.
(QS. 35, Fathir : 6)
Agar kita tidak terjerat dalam perangkap setan yang selalu terpasang, penting sekali bagi kita untuk mengenali strategi setan dalam menghancurkan manusia.
Ibnu Qayyim al-Jauziyah menjelaskan dalam bukunya yang mengesankan, Badaa’i’ ash-Shanaa’i’ bahwa iblis yang telah bersumpah di hadapan Allah untuk menyesatkan anak cucu Adam, dalam pelaksanaan teknis penyesatan memiliki beragam modus, dan… bertingkat. Sesuai dengan tingkat pemahaman ilmu dan kecenderungan anak Adam yang sedang digarap. Beliau menyebut setidaknya ada 6 (enam) tingkat jerat, yang jika keenamnya gagal, masih ada pamungkasnya yang ketujuh.
Enam jerat bertingkat itu, kekafiran dan kesyirikan (dalam satu tataran), bid’ah (amalan agama yang tidak dituntunkan oleh Nabi), kabair (dosa-dosa besar), shaghair (dosa-dosa kecil), kemudian menyibukkan dengan amalan mubah sehingga kehilangan waktu untuk mengerjakan perintah dan,…menyibukkan dengan mengamalkan hal-hal yang kurang utama dengan meninggalkan perbuatan yang lebih utama.
Jika dengan enam jerat bertingkat itu gagal, maka iblis dan anak buahnya akan mengerahkan para pengikutnya dari kalangan manusia untuk mendatangkan berbagai siksaan dan serangan yang menyakitkan untuk menghalangi dan mengeluarkan anak Adam dari jalan Allah dan menjadikannya temannya di neraka.
Yang menarik, pada jerat tingkat ketiga yakni kabair, iblis memberi perhatian lebih kepada orang-orang yang mempunyai kedudukan terpandang di tengah umat manusia. Orang-orang yang perkataan, sikap, dan tingkah lakunya menjadi sorotan publik dan diikuti oleh orang banyak. Para ulama, pemimpin di masyarakat, para da’i, juga publik figur yang lain berada pada bidikan lebih dari iblis dan kabilahnya. Dosa-dosa besar yang beragam seperti zina, pencurian dalam segala bentuk dan kejahatan yang mengikutinya.
1. Jerat syirik/ kafir.
Syirik adalah dosa yang tidak diampuni oleh Allah. Pelaku syirik akbar menjadi kafir, dan kekal didalam neraka.
Firman Allah :
“Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa syirik dan Dia mengampuni dosa selain (syirik) itu bagi siapa saja yang dikehendakiNya. Barang siapa yang berlaku syirik maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya.
(QS.4, An Nisa’ : 116)
2. Jerat bid’ah.
Imam syafi’i mengatakan, bid’ah adalah suatu jalan dalam agama yang dibuat-buat, (hingga) menyerupai syari’at. Tujuannya adalah untuk berlebih-lebihan dalam beribadah kepada Allah swt.
Bid’ah adalah praktik yang menentang agama. Pelakunya sulit untuk diajak taubat, karena pelakunya mengira bid’ah yang ia lakukan adalah bagian dari syari’at.
Hadits Nabi :
Dari ‘Aisyan ra. beliau berkata : Rasulullah saw. bersabda : “Barangsiapa yang membuat amalan baru dalam urusan kita ini (agama), yang tidak kami contohkan, maka hal itu tertolak”. Di dalam riwayat yang lain disebutkan : ”Barangsiapa yang mengerjakan suatu pekerjaan yang tidak kami kerjakan,maka pekerjaan itu tertolak”. (HR. Bukhari dan Muslim).
3. Jerat Al Kabair (dosa besar).
Allah berfirman :
”Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Barangsiapa yang mengikuti langkah-langkah setan, maka sesungguhnya setan itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan yang mungkar.
(QS.24,An Nur : 21)
Ketika manusia telah terperangkap dalam perbuatan dosa besar, maka setan akan menghiasi pandangan manusia bahwa apa yang dikerjakannya adalah dosa yang tidak berarti. Bahkan setan akan membisikkan agar manusia menunda taubatnya.
4. Jerat Dosa Kecil.
Orang yang biasa melakukan dosa kecil akan menganggap kecil tindakan yang dilakukannya. Padahal Rasulullah saw. telah memperingatkan umatnya melalui sabda beliau.
Sabda Rasulullah saw.
”Jauhilah dosa-dosa yang dianggap kecil, karena dosa-dosa itu akan berhimpun pada seseorang sehingga akan membinasakannya”.
(HR. Ahmad dan Al Baihaqi)
Ungkapan ”sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit” agaknya klop jika
diterapkan dengan tipu daya setan yang selalu menjadikan manusia ’istimrar’ (senantiasa) bergelut dengan dosa kecil dan meremehkan.
5. Jerat mubah.
Perkara yang mubah itu perkara yang boleh-boleh saja. Karena syariat tidak melarang, justru manusia sering disibukkan oleh perkara yang mubah ini. Kegiatan yang boleh-boleh saja ini melalaikan manusia dari ketaatan dan amalan mencari bekal akhirat.
Firman Allah :
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-artamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang rugi”.
(QS. 63, Al Munaafiquun : 9)
6. Jerat Amalan tidak Utama.
Target jerat ini adalah menjadikan manusia sibuk dengan amalan-amalan yang tidak utama hingga melalaikan yang lebih utama.
Memfokuskan diri dengan ibadah yang dicintai oleh Allah, tetapi melupakan ibadah yang lebih dicintai oleh Allah.
Atau bersungguh-sungguh dalam meraih pahala yang sedikit, tapi melupakan pahala yang lebih banyak, dan seterusnya sehingga umurnya tersia-siakan dengan hal-hal yang tak besar dan meninggalkan amalan yang lebih utama.
7. Jerat Gangguan.
Gangguan ini dirasakan seorang mukmin sesuai dengan kadar iman yang ada padanya. Semakin kuat iman seseorang semakin besar pula gangguan yang didapat, semakin tinggi kedudukan dan tanggungjawab semakin berat gangguan dan cobaan yang dialami.
Seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah saw. ”Siapakah yang paling berat cobaannya?” Beliau menjawab, ”Para Nabi kemudian orang-orang semisal, dan yang semisal”.
(HR. At Tirmidzi, Ibnu Majah dan lainnya).
Manusia yang bisa selamat dari jerat gangguan ini hanyalah para nabi dan Rasul Allah.
Wallahu a’lam bish shawab.
sumber : http://alazkiya.wordpress.com/2010/07/17/jerat-iblis/
http://www.arrisalah.net/2013/07/20/jerat-ketiga/