Muslimah berjilab kini kian marak. Ada kesadaran yang muncul di benak mereka untuk memutuskan berjilbab. Penampilan jilbab mereka pun tak monoton. Bermuncullan jilbab yang sesuai mode tetapi juga tetap sesuai dengan syar’i, yaitu tetap pada tujuan utamanya, menutup aurat. Menurut Ustazah Nurul Hidayati, ketua umum Pimpinan Pusat Persaudaraan Muslimah (Salimah), kecenderungan Muslimah untuk berjilbab saat ini cukup bagus. Kepada wartawan Re publika, Damanhuri Zuhri, Selasa (22/3), ia meng uraikan soal hukum jilbab hingga tantangan yang dihadapi Muslimah berjilbab. Berikut kutipannya.
Bagaimana kedudukan jilbab dalam Islam?
Jelas dalam Islam, jilbab merupakan perintah Allah SWT bagi Muslimah. Dalam Alquran dijelas -kan pada Surah al-Ahzab ayat 59. Semua syariat yang ditetapkan bertujuan untuk kebaikan manusia. Demikian pula jilbab. Salah satu maksud disyariatkannya jilbab adalah menjaga nasab atau keturunan yang sangat terkait dengan kehormatan.
Allah membuat aturan untuk menjaga kehormatan perempuan, di antaranya adalah aturan memakai jilbab. Dengan jilbab, seorang Muslimah memiliki perlindungan, ciri tersendiri, dan secara psikologis, dia merasa tenang dalam balutan jilbabnya. Secara sosial pun masyarakat melihat perempuan berjilbab mulia. Jadi sebenarnya, berjilbab itu memuliakan karena memang dimaksudkan untuk mendidik Muslimah menjadi manusia baik sehingga kelak
akan melahirkan keturunan yang mulia.
Jelas dalam Islam, jilbab merupakan perintah Allah SWT bagi Muslimah. Dalam Alquran dijelas -kan pada Surah al-Ahzab ayat 59. Semua syariat yang ditetapkan bertujuan untuk kebaikan manusia. Demikian pula jilbab. Salah satu maksud disyariatkannya jilbab adalah menjaga nasab atau keturunan yang sangat terkait dengan kehormatan.
Allah membuat aturan untuk menjaga kehormatan perempuan, di antaranya adalah aturan memakai jilbab. Dengan jilbab, seorang Muslimah memiliki perlindungan, ciri tersendiri, dan secara psikologis, dia merasa tenang dalam balutan jilbabnya. Secara sosial pun masyarakat melihat perempuan berjilbab mulia. Jadi sebenarnya, berjilbab itu memuliakan karena memang dimaksudkan untuk mendidik Muslimah menjadi manusia baik sehingga kelak
akan melahirkan keturunan yang mulia.
Selama ini, sejauh mana Muslimah tertarik untuk berjilbab?
Saya melihat tren di Indonesia cukup bagus. Saya merasakan sewaktu mulai berjilbab sejak kelas satu SMA sekitar tahun 1983. Terus terangwaktu itu berjilbab masih sangat berat. Saya masih ingat, waktu pulang dari SMA Al-Azhar Kebayoran Baru di Blok M, Jakarta Selatan, saya sering diolok dan dikatain, ‘siang-siang main setansetanan’. Tidak mudah waktu itu kita berjilbab. Harus benar-benar bertarung, apalagi saya masih remaja. Tapi waktu itu, jilbab menjadi identitas yang harus kita pertahankan. Waktu kuliah, ada kasus jilbab racun. Sehingga kalau mau kuliah, saya harus diantar saudara laki-laki saya. Karena mereka yang berjilbab sering kali menjadi korban, seperti dipukul di tengah jalan dan difitnah. Artinya, waktu itu muncul kesulitan-kesulitan, namun tak membuat mereka yang telah berjilbab melepaskannya. Sekarang ini, kita bersyukur kondisinya jauh lebih baik. Alhamdulillah, bermunculan sejumlah Muslimah yang dengan kreativitasnya merancang busana sesuai dengan kebutuhan aktivitas saudara Muslimah lainnya se hingga membuat mereka bi sa bergerak leluasa. Juga ba nyak Muslimah lebih tertarik pada jilbab untuk menutup aurat. Jadi, alhamdulillah saya me -lihat hari ini di Indonesia terutama keinginan untuk berjilbab itu semakin baik.
Saya melihat tren di Indonesia cukup bagus. Saya merasakan sewaktu mulai berjilbab sejak kelas satu SMA sekitar tahun 1983. Terus terangwaktu itu berjilbab masih sangat berat. Saya masih ingat, waktu pulang dari SMA Al-Azhar Kebayoran Baru di Blok M, Jakarta Selatan, saya sering diolok dan dikatain, ‘siang-siang main setansetanan’. Tidak mudah waktu itu kita berjilbab. Harus benar-benar bertarung, apalagi saya masih remaja. Tapi waktu itu, jilbab menjadi identitas yang harus kita pertahankan. Waktu kuliah, ada kasus jilbab racun. Sehingga kalau mau kuliah, saya harus diantar saudara laki-laki saya. Karena mereka yang berjilbab sering kali menjadi korban, seperti dipukul di tengah jalan dan difitnah. Artinya, waktu itu muncul kesulitan-kesulitan, namun tak membuat mereka yang telah berjilbab melepaskannya. Sekarang ini, kita bersyukur kondisinya jauh lebih baik. Alhamdulillah, bermunculan sejumlah Muslimah yang dengan kreativitasnya merancang busana sesuai dengan kebutuhan aktivitas saudara Muslimah lainnya se hingga membuat mereka bi sa bergerak leluasa. Juga ba nyak Muslimah lebih tertarik pada jilbab untuk menutup aurat. Jadi, alhamdulillah saya me -lihat hari ini di Indonesia terutama keinginan untuk berjilbab itu semakin baik.
Menurut Anda, apakah itu terjadi karena tren atau kesadaran agama?
Saya lihat karena faktor kedua-duanya. Secara umum, walaupun seseorang memakai jilbab trendi, saya masih melihat adanya itikad baik, yaitu tetap bertujuan untuk menutup aurat. Dan tentu, kalau memang cuma tren, orang akan memakai yang bukan hijab. Bagi yang telah memutuskan berjilbab, bagaimana agar terus konsisten mengenakannya? Kalau kita memahami jilbab itu sebagai salah satu syariat, kita harus niatkan berjilbab untuk beribadah. Kalau niatnya bukan untuk ibadah, kita tidak akan mendapatkan pahalanya, tidak akan mendapatkan berkahnya. Di sisi lain, dengan niat beribadah, semua ibadah itu harus memiliki tekad untuk istikamah. Memulai sebuah amal itu mungkin bisa, tapi untuk memahamkannya harus melahirkan kesungguhan tersendiri, yaitu dengan sikap istiqamah. Jadi, untuk bisa menjaga komitmen kita tetap berjilbab, bukan cuma masalah jilbab fisik, melainkan kita sendiri harus terus-menerus memahami Islam dan mengamalkannya. Karena memang setiap saat setan terus menggodam kita. Dengan demikian, kita dituntut untuk selalu me ningkatkan kualitas keimanan dan pemahaman ter hadap Islam. Ini berarti berjilbab harus disertai pu la pemahaman yang mendalam, bukan sekadar me ma kai jilbab. Akan sangat baik jika memahami me nga pa saya harus berjilbab. Pemahaman seperti itu harus dimiliki. Kalau tidak, nanti bisa kehilangan arah.
Saya lihat karena faktor kedua-duanya. Secara umum, walaupun seseorang memakai jilbab trendi, saya masih melihat adanya itikad baik, yaitu tetap bertujuan untuk menutup aurat. Dan tentu, kalau memang cuma tren, orang akan memakai yang bukan hijab. Bagi yang telah memutuskan berjilbab, bagaimana agar terus konsisten mengenakannya? Kalau kita memahami jilbab itu sebagai salah satu syariat, kita harus niatkan berjilbab untuk beribadah. Kalau niatnya bukan untuk ibadah, kita tidak akan mendapatkan pahalanya, tidak akan mendapatkan berkahnya. Di sisi lain, dengan niat beribadah, semua ibadah itu harus memiliki tekad untuk istikamah. Memulai sebuah amal itu mungkin bisa, tapi untuk memahamkannya harus melahirkan kesungguhan tersendiri, yaitu dengan sikap istiqamah. Jadi, untuk bisa menjaga komitmen kita tetap berjilbab, bukan cuma masalah jilbab fisik, melainkan kita sendiri harus terus-menerus memahami Islam dan mengamalkannya. Karena memang setiap saat setan terus menggodam kita. Dengan demikian, kita dituntut untuk selalu me ningkatkan kualitas keimanan dan pemahaman ter hadap Islam. Ini berarti berjilbab harus disertai pu la pemahaman yang mendalam, bukan sekadar me ma kai jilbab. Akan sangat baik jika memahami me nga pa saya harus berjilbab. Pemahaman seperti itu harus dimiliki. Kalau tidak, nanti bisa kehilangan arah.
Kalau sekarang, tantangan apa yang dihadapi Muslimah berjilbab?
Saat ini, saya melihat bahwa tantangannya justru pada kreativitas dalam berjilbab. Kreativitas itu kan sangat terbuka, namun bagaimana hal itu tetap sesuai syar’i. Jika hanya mengikuti kreativitas, khawatirnya akan kebablasan. Maka itu, sekarang hal yang paling menantang adalah kreatif tetapi juga syar’i.
Saat ini, saya melihat bahwa tantangannya justru pada kreativitas dalam berjilbab. Kreativitas itu kan sangat terbuka, namun bagaimana hal itu tetap sesuai syar’i. Jika hanya mengikuti kreativitas, khawatirnya akan kebablasan. Maka itu, sekarang hal yang paling menantang adalah kreatif tetapi juga syar’i.
n ed: ferry kisihandi
Sumber: http://salimah.or.id