Kamis, 09 Mei 2013

Perturutkan Nafsu di Dunia, Terhalang Keinginan di Akhirat

Perturutkan Nafsu di Dunia, Terhalang Keinginan di Akhirat


وَحِيلَ بَيْنَهُمْ وَبَيْنَ مَا يَشْتَهُونَ كَمَا فُعِلَ بِأَشْيَاعِهِم مِّن قَبْلُ
 إِنَّهُمْ كَانُوا فِي شَكٍّ مُّرِ‌يبٍ
“Dan dihalangi antara mereka dengan apa yang mereka ingini  sebagai mana yang dilakukan terhadap orang-orang yang serupa dengan mereka pada masa dahulu. Sesungguhnya mereka dahulu (di dunia) dalam keraguan yang mendalam.” (QS. Saba’: 54)

Suatu kali, Abdullah bin Umar h minum air yang dingin dan segar. Tiba-tiba beliau menangis. Beliau ditanya, “Apakah gerangan yang menyebabkan Anda menangis?” Beliau menjawab, “Aku teringat akan firman Allah, “Dan dihalangi antara mereka dengan apa yang mereka ingini…” (QS Saba’ 54)
Saya tahu, bahwa penduduk neraka tidaklah menginginkan sesuatu melebihi keinginan mereka untuk mendapatkan air yang dingin.”


Keinginan Penghuni Neraka
Benar apa yang dikatakan Ibnu Umar h, betapa bernafsunya mereka ingin mendapatkan air. Hingga mereka mengemis kepada penduduk jannah agar sudi memberikan air kepada mereka, Alloh mengisahkan dalam firman-Nya,

“Dan penghuni neraka menyeru penghuni surga, “Limpahkanlah kepada kami sedikit air atau makanan yang telah direzkikan Alloh kepadamu”. Mereka (penghuni surga) menjawab: “Sesungguhnya Alloh telah mengharamkan keduanya di atas orang-orang kafir,” (QS. al-A’raf: 50)

Tidak saja kandas apa yang mereka minta, yang terjadi bahkan sebaliknya. Saat mereka sangat mendambakan minuman yang segar, justru yang didapatkan adalah ‘hamim’, air yang panasnya mencapai puncaknya. Allah berfirman,
“Mereka tidak merasakan kesejukan di dalamnya dan tidak (pula mendapat) minuman,” (QS. an-Naba’ : 24-25)

Begitupun tatkala mereka menginginkan makanan lezat untuk mengusir rasa lapar dan memenuhi hasrat lidahnya, justru yang mereka dapati adalah duri, yang justru merusak jasad dan membuat hasrat minum makin kuat.

Apa yang dialami oleh penghuni neraka itu sebagai balasan sepadan atas apa yang mereka lakukan di dunia. Dahulu mereka mengumbar syahwatnya, mengambil setiap apa yang diinginkannya dan berbuat sesuai dengan kehendak hawa nafsunya, meskipun dalam hal yang jelas-jelas Alloh melarangnya. Maka sebagai balasannya, merekapun terhalang untuk memenuhi setiap keinginannya di akhirat.

Qatadah v juga menjelaskan maksud firman Alloh, “Dan dihalangi antara mereka dengan apa yang mereka ingini..” Maksudnya adalah, “Tatkala mereka mernyaksikan adzab dihadapan mereka, merekapun ingin dikembalikan lagi ke dunia, agar ia bia ataat kepada Allah Azza wa Jalla dan menyudahi hidupnya dengan apa-apa yang diperintahkan Alloh. Namun Alloh menghalangi keinginan mereka untuk itu, karena masa di dunia telah berlalu.”

Makna ini tidaklah bertentangan dengan makna yang pertama. Mereka terhalang mendapatkan kenikmatan di akhirat, mereka juga terhalang dari keinginan ingin kembali lagi ke dunia. Betapa banyak al-Qur’an mengisahkan perihal angan-angan orang mati yang ingin dikembalikan ke dunia lagi, untuk memulai hidup baru, tidak sebagaimana cara hidup yang telah dijalaninya dahulu. Sebagaimana firman-Nya,
“Hingga apabila datang kematian kepada seorang dari mereka, dia berkata: “Ya Rabbku kembalikanlah aku (ke dunia), agar aku berbuat amal yang shalih terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak.” (QS. al-Mukminun: 99-100)

Dan masih ada lagi keinginan mereka yang lain. Tatkala penghuni neraka berputus asa untuk terbebas dari siksa, apalagi untuk mendapatkan kenikmatan dan kelezatan, maka merekapun ingin sekiranya mereka dimatikan saja. Agar siksa tak lagi mereka rasakan. Namun, lagi-lagi keinginan tersebut tidak dikabulkan,
“Mereka berseru: “Hai Malik (penjaga neraka-pen), biarlah Rabbmu membunuh kami saja”. Dia menjawab: “Kamu akan tetap tinggal (di neraka ini).”(QS. az-Zukhruf: 77)

Begitulah, tak ada keinginan sekecil apapun yang mereka inginkan lalu dikabulkan. Apalagi keinginan yang besar. Maka siksa mana yang lebih dahsyat dari kenyataan yang berkebalikan dengan keinginan? Apalagi, keinginan yang remeh di akhirat, akan diganti dengan sesuatu yang paling dibenci dan dihindari, berupa siksa tak terperi.

Agar tercapai Segala Hasrat di Akhirat
Merenungkan ayat ini, semoga meningkatkan kesabaran kita untuk menahan keinginan syahwat dari yang haram. Meskipun begitu kuat desakan nafsu merajuk dan betapa setan gigih merayu. Jika kita berharap keinginan kita tidak terhalang di akhirat, maka keharusan bagi kita untuk menghalangi nafsu kita dari yang haram.

Ayat ini pula yang diajarkan kita oleh Syaqiiq al-Balkhi, sebagai jawaban dari hembusan setan yang menggiring kita kepada syahwat. Beliau berkata,  “Tiada suatu pagi pun melainkan setan telah mengincarku dari empat penjuru. Dari depan dan belakangku, serta dari arah kanan dan kiriku. Setan membujukku, “Janganlah kamu takut (berbuat dosa), karena sesungguhnya Alloh Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” Maka aku pun menjawab de-ngan firman  Alloh, “Dan sesungguhnya Aku (Alloh) Maha Pengampun bagi orang yang bertaubat, beramal shalih, kemudian tetap di jalan yang benar.” (QS.  Thaha: 82)

Adapun dari arah belakang, ia menakut-nakutiku akan terlantarnya keluarga yang kelak aku tinggalkan. Maka aku pun membaca, “Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah lah yang memberi rezekinya.” (QS. Hud: 6) Lalu dari arah kananku ia mendatangiku dari sisi wanita, maka aku pun membaca, “Dan kesudahan yang baiklah bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-A’raaf: 128) 

Sedangkan dari arah kiri, ia mendatangiku dengan memamerkan aneka syahwat dan keinginan haram, maka aku pun membaca, “Dan dihalangi antara mereka dengan apa yang mereka inginkan.” (QS Saba: 54)
Allahumma ati anfusana zakkaaha wa Anta khairu man zakkaaha.aamiin. (Abu Umar Abdillah)

Share: