Sabtu, 14 Mei 2011

Bilal bin Rabah

BILAL BIN RABAH
Ditulis Oleh : Chairul Ahmad

Bentuk dan rupa fisiknya berbeda dengan kebanyakan orang Arab. Ia digambarkan bertubuh kurus, berpostur ramping dan berkulit hitam. Namun dalam Islam, masalah fisik ini tidaklah berharga dan tidak diperhitungkan.
Ia dibawa ke Makkah dalam keadaan terasing dari ibu dan keluarganya, dan hidup di sana sebagai hamba sahaya yang hina.
Dia adalah budak yang lemah lagi miskin, namun diangkat derajatnya oleh agama ini sehingga menjadi pewaris jannah. Bilal bin Rabah adalah nama yang dicintai orang-orang beriman. Dan suaranya dirindukan oleh telinga mereka yang mengesakan Allah.

Syekh A’id Abdullah al-Qarni dalam Al-Misk wa al-‘Anbar fi Khathab al-Mimbar menulis, ketika Muhammad saw mengumandangkan kebenaran di atas bukit Shafa, “Tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah dan Muhammad adalah utusan Allah.” Dan mendatangi para pembesar Makkah untuk mengajak mereka pada kebenaran, namun didustai dan dicaci-maki, Rasulullah pun mencari orang-orang lemah. Dan beliau menemukan mereka, salah satunya adalah Bilal.
Ketika Bilal melihat Muhammad saw, maka ia pun mencintai beliau. Bilal mencintai Muhammad saw dengan cinta yang menulikan pendengarannya dan membutakan matanya. Sehingga ia bergerak selalu disertai dengan cinta kepada Rasul. Seolah-olah ia berkata, “Aku mencintai jangan tanya mengapa? Sebab sesungguhnya aku mencintaimu. Cinta ini adalah jalan hidupku.”
Tatkala Bilal masuk Islam, para pemaksa itu mendatanginya. Mereka menyiksanya dengan pedih supaya ia meninggalkan kalimat tauhid. Namun Bilal teguh pendirian, enggan kembali pada kekufuran. Kata-kata “Ahad, Ahad” terus terucap dari bibirnya yang gemetar. Hingga ia dimerdekakan oleh Abu Bakar.
Bilal kemudian menghadap Rasulullah dalam kondisi yang mengenaskan. Beliau menerima dan mendidiknya, sebagaimana seorang ibu mendidik anak-anaknya. Rasulullah mendoakan dan menjadikannya muazin pertama dalam sejarah Islam.
Menjelang Zuhur usai Fathu Makkah, Rasulullah meminta Bilal naik ke atas Ka’bah untuk mengajak orang-orang shalat. Ketika ia mengumandangkan azan, semua orang menangis, termasuk Rasulullah. Air mata beliau mengalir deras membasahi pipi.
Suara Bilal menggema di perbukitan dan lembah-lembah kota Makkah, dengan kalimat yang mengguncang dunia; “Tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah...”
Sumber : http://www.sabili.co.id/tafakur/bilal
Share: